Sociable Movie Guy
REVIEWS
KISAH PENUH PATHOS DALAM PERJUANGAN MELAWAN THANOSAkhirnya, setelah 10 tahun mengenalkan dan mengembangkan karakter para pahlawannya, Marvel sampai di tahap yang paling ambisius: menyatukan (hampir) seluruh super hero andalan mereka di dalam satu film. Biang penjahat yang selama ini hanya muncul sesekali pun akhirnya terpampang nyata di film ini. Skala besar yang ditawarkan ditambah popularitas Marvel yang kian mendominasi di ranah film serupa tentunya akan menghasilkan ekspektasi super tinggi dari para penonton. Lantas, apakah Marvel berhasil membalas ekspektasi para penggemarnya? Untungnya, jawabannya iya. Adegan pembuka ‘Avengers: Infinity War’ langsung menggeber penonton dengan menunjukkan betapa seriusnya Thanos (Josh Brolin, juga akan tampil sebagai musuh utama bernama Cable di ‘Deadpool 2’) dalam mengumpulkan enam batu bergelimang cahaya dan berkekuatan dahsyat, Infinity Stones. Thanos ternyata tidak sendirian, ia dibantu oleh empat sekawan yang disebut dengan Black Order. Mereka adalah Ebony Maw (Tom Vaughan-Lawlor), Proxima Midnight (Carrie Coon), Corvus Glaive (Michael James Shaw) dan Cull Obsidian (Terry Notary). Sifat mereka sama kejinya seperti Thanos dan masing-masing juga memiliki kemampuan super. Para avengers sukses dibikin repot oleh kekejaman Thanos dan dedengkotnya. Mereka yang awalnya terpisah-pisah dan bahkan tidak mengenal satu sama lain harus gotong royong demi mencegah Thanos mendapatkan semua Infinity Stones. Berhasilkah mereka? Jujur, gue pribadi berusaha memasang ekspektasi yang serendah mungkin tapi saking excited-nya akhirnya ekspektasinya meninggi sendiri (nahloh, gimana tuh?). Ini karena gue kapok dikecewakan ekspektasi terlampau tinggi saat nonton ‘Captain America: Civil War’ tahun 2016 silam. Sutradara filmnya sama seperti ‘Infinity War’, yakni Anthony dan Joe Russo alias Russo Bersaudara. Keduanya juga sama-sama memasang segambreng super hero di dalam satu film, meskipun yang satu skalanya lebih kecil dibandingkan yang satunya. Itulah mengapa gue sedikit ngeri film ini akan berakhir sama dengan ‘Civil War’ yang menurut opini gue kurang greget. Seakan menjawab keraguan gue, ‘Infinity War’ sukses membuat gue gregetan dari awal sampai akhir. Dikompori oleh rumor kurang ajar yang menyatakan si A, B, C bakal mati membuat pikiran gue jadi liar sendiri. Tiap ada adegan berantem, which is A LOT, gue selalu berpikiran “Duh, jangan-jangan doi yang tewas!” atau “Please, not this onee!”. Ternyata, hal tersebut justru membuat pengalaman menonton filmnya jadi lebih seru. Tapi, bukan berarti gue mendukung spoilers ya. Justru sebaliknya, gue bahkan berusaha sekuat tenaga menghindari yang namanya spoilers sebelum nonton filmnya. Cuma kayaknya spoilers lebih licin dan lihai sehingga ada aja secara gak sengaja gue stumbled upon articles etc that talk about ‘Infinity War’. Keseruan film ini juga disokong oleh naskah yang lancar jaya mengalirkan ceritanya. Karakternya seabrek tapi filmnya tidak pernah terasa sesak maupun overwhelming. Semua karakter mendapatkan porsinya masing-masing meskipun ada beberapa yang lebih besar dari yang lainnya. Namun, itu semua demi kepentingan cerita sehingga tidak terasa mengganggu. Cerita film ini juga bersedia menuturkan alasan dibalik misi Thanos. Alhasil, apa yang dilakukan Thanos tidak terasa acak dan penonton dibuat paham mengapa Thanos melancarkan aksinya tersebut. Film ini juga secara pintar menggambarkan Thanos sebagai karakter yang berlapis. Mereka melakukan hal tersebut dengan cara menunjukkan vulnerability Thanos yang jujur membuat gue kaget. I mean, keputusannya berani banget memperlihatkan sang gila kuasa di titik rapuhnya! Dengan begitu, Thanos berhasil menjelma menjadi salah satu villain Marvel Cinematic Universe (MCU) yang paling kompleks. Salut untuk para penulis naskah film ini! Bukan cuma itu, film ini juga memiliki pathos alias aspek emosional yang diam-diam menghanyutkan. Dibalik menggunungnya adegan aksi di dalam film ini, tidak sedikit yang akan memberikan penonton pukulan emosional. Hal ini menjadikan ‘Infinity War’ sebagai film aksi yang lebih berisi dan lebih mengena di hati. Pokoknya, kalau kalian mudah tersentuh jangan lupa siapkan tisu di kantong ya! Penyutradaraan Russo Bersaudara juga apik betul di film ini. Sepertinya mereka sudah belajar dari kekurangan ‘Civil War’ sehingga ‘Infinity War’ terasa lebih kokoh. Mereka berdua juga teramat berbakat dalam mengarahkan adegan aksi. Tidak ada adegan aksi di film ini yang tidak menegangkan. Semuanya seru dan punya pertaruhan sendiri, entah nyawa atau keselamatan umat manusia. Film pamungkas Marvel ini benar-benar berada di tangan yang tepat dimana Russo Bersaudara lebih dari mampu mengemas filmnya menjadi tontonan yang mengikat meskipun durasinya hampir 2.5 jam!
Dari departemen akting, semua pemainnya memberikan penampilan yang pas. Masing-masing terlihat sudah begitu nyaman memainkan karakter mereka. Namun, kalau harus memilih satu yang menonjol maka orang tersebut adalah Josh Brolin. Aktor yang telah mengantongi satu nominasi Oscar berkat perannya di film ‘Milk’ ini sangat piawai mewujudkan kompleksitas Thanos di layar perak. Dibandingkan rekan-rekannya yang lain, akting Josh terbilang terbatas karena Thanos adalah karakter yang penuh efek CGI. Meskipun begitu, suara yang dipinjamkannya sukses mengembuskan beragam lapis emosi yang dimiliki Thanos. Hasilnya, Thanos memiliki kualitas yang membuat dirinya mengesalkan sekaligus mengesankan. Film ini tentunya memiliki beberapa kekurangan. Bagusnya, kekurangan yang ada tidak secara signifikan melukai kualitas filmnya. Salah satu kekurangan yang akan gue bahas adalah tentang sedikitnya penggalian karakter Black Order. Filmnya hampir tidak mengenalkan lebih jauh perihal keempat ajudan Thanos ini. Imbasnya, karakter mereka jadi terasa seperti tempelan semata. Namun, hal tersebut pada dasarnya bisa dipahami karena dengan begitu banyaknya karakter yang terlibat di film ini ditambah kemunculan Thanos yang mau tidak mau harus didahulukan pendalaman karakternya, maka Black Order dikesampingkan. Kesimpulannya, ‘Avengers: Infinity War’ adalah film yang penuh adegan aksi memukau dengan sentuhan emosi yang menciptakan haru. Tidak perlu khawatir kalau kalian belum menonton semua film Marvel sebelum ini, karena filmnya melontarkan beberapa referensi film pendahulunya di sana-sini. Mengingat ini film Marvel, jangan langsung beranjak saat lampu bioskop menyala karena ada satu adegan post-credit yang sangat sayang untuk dilewatkan! SKOR: 4.5/5
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
July 2018
Categories
All
AuthorA self-acclaimed movie guy who likes to socialize |